SEJARAH ASTRONOMI ISLAM DAN
PENGARUHNYA DI DUNIA
PENDAHULUAN
Astronomi merupakan sains kuno yang paling lama, paling banyak dikembangkan, dan paling dihargai. Sebagai salah satu ilmu pengetahuan tertua dalam peradaban manusia, astronomi kerap dijuluki sebagai ‘ratu sains’. Astronomi memang menempati posisi yang terbilang istimewa dalam kehidupan manusia. Sejak dahulu, manusia begitu terkagum-kagum ketika memandang kerlip bintang dan pesona benda-benda langit yang begitu luar biasa. Ketertarikan awal atas astronomi memiliki akar dalam astrologi dan ketrpesonaan pada kekuatan dan misteri langit, sehingga manusia menganggap fenomena langit sebagai sesuatu yang magis.
Seiring berputarnya waktu dan zaman, manusia pun memanfaatkan keteraturan benda-benda yang mereka amati di angkasa untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti penanggalan. Dengan mengamati langit, manusia pun bisa menentukan waktu untuk pesta, upacara keagamaan, mulai menabur benih dan panen. Dengan terus berkembangnya zaman dan ketertarikan pada benda angkasa sehingga ilmu ini terus berkembang dan di teliti oleh setiap bangsa pada masa berbeda di belahan bumi manapun, baik pada peradaban Babilonia, yunani , sampai bangsa Arab. Namun demikian, sebelum Islam datang bangsa Arab tidak memiliki astronomi yang dianggap ilmiah.
PEMBAHASAN
1. Pengertian Dan Kaitannya Dengan Astrologi
Astronomi, yang secara etimologi berarti "ilmu bintang" (dari bahasa yunani ; astro : bintang dan nomos : ilmu), Ilmu ini juga biasa disebut dengan Ilmu falak. Sedangkan secara terminologi adalah ilmu yang melibatkan pengamatan dan penjelasan kejadian yang terjadi di luar Bumi dan atmosfernya. Ilmu ini mempelajari kosmologi, evolusi, sifat fisik dan kimiawi benda-benda yang bisa dilihat di langit (dan di luar Bumi). Sedanhkan astrologi ialah ilmu yang mempelajari tentang pergerakan benda-benda langit dan bagaimana hubungannya dengan nasib manusia. Meskipun memiliki asal-muasal yang sama, yaitu observasi dan pengamatan atas benda langit, akan tetapi kedua bidang ini sangat berbeda; astronomi menggunakan metode ilmiah, sedangkan astrologi tidak.
2. Sejarah Singkat Perkembangan Astronomi
Jejak astronomi tertua ditemukan dalam peradaban bangsa Sumeria dan Babilonia yang tinggal di Mesopotamia (3500 - 3000 SM). Bangsa Sumeria hanya menerapkan bentuk-bentuk dasar astronomi. Pembagian lingkaran menjadi 360 derajat berasal dari bangsa Sumeria. Orang Sumeria juga sudah mengetahui gambaran konstelasi bintang sejak 3500 SM. Mereka menggambar pola-pola rasi bintang pada segel, vas, dan papan permainan. Nama rasi Aquarius yang dikenal saat ini berasal dari bangsa Sumeria.
Astronomi juga sudah dikenal masyarakat India kuno. Sekitar tahun 500 SM, Aryabhata melahirkan sistem matematika yang menempatkan bumi berputar pada porosnya. Aryabhata membuat perkiraan mengenai lingkaran dan diameter bumi. Brahmagupta (598 – 668 M) juga menulis teks astronomi yang berjudul Brahmasphutasiddhanta pada 628 M. Dialah astronom pendahulu yang menggunakan aljabar untuk memecahkan masalah-masalah astronomi.
Masyarakat Cina kuno 4000 SM juga sudah mengenal astronomi. Awalnya, astronomi di Cina digunakan untuk mengatur waktu. Orang Cina menggunakan kalender lunisolar. Namun, kerena perputaran matahari dan bulan berbeda, para ahli astronomi Cina sering menyiapkan kalender baru dan membuat observasi.
Bangsa Yunani kuno juga amat tertarik dengan astronomi. Adalah Thales yang mengawalinya pada abad ke-6 SM. Menurut dia, bumi itu berbentuk datar. Phytagoras sempat membantah pendapat itu dengan menyatakan bumi itu bulat. Dua abad berselang, Aristoteles melahirkan terobosan penting yang menegaskan menyatakan bahwa bumi itu bulat bundar.
Aristachus pada abad ke-3 SM sempat melontarkan pendapat bahwa Bumi bukanlah pusat alam semesta. Teori itu tak mendapat tempat pada masa itu. Era astronomi klasik ditutup Hipparchus pada abad ke-1 SM yang melontarkan teori geosentris. Bumi itu diam dan dikelilingi oleh matahari, bulan, dan planet-planet yang lain. Sistem geosentris itu disempurnakan Ptolomeus pada abad ke-2 M.
3. Perkembangan Astronomi di dunia Islam
Setelah runtuhnya kebudayaan Yunani dan Romawi pada abad pertengahan, maka kiblat kemajuan ilmu astronomi berpindah ke bangsa Arab. Astronomi berkembang begitu pesat pada masa keemasan Islam (8 - 15 M). Karya-karya astronomi Islam kebanyakan ditulis dalam bahasa Arab dan dikembangkan para ilmuwan di Timur Tengah, Afrika Utara, Spanyol dan Asia Tengah.
Salah satu bukti dan pengaruh astronomi Islam yang cukup signifikan adalah penamaan sejumlah bintang yang menggunakan bahasa Arab, seperti Aldebaran dan Altair, Alnitak, Alnilam, Mintaka (tiga bintang terang di sabuk Orion), Aldebaran, Algol, Altair, Betelgeus.
Selain itu, astronomi Islam juga mewariskan beberapa istilah dalam `ratu sains’ itu yang hingga kini masih digunakan, seperti alhidade, azimuth, almucantar, almanac, denab, zenit, nadir, dan vega. Kumpulan tulisan dari astronomi Islam hingga kini masih tetap tersimpan dan jumlahnya mencapaii 10 ribu manuskrip.
Ahli sejarah sains, Donald Routledge Hill, membagi sejarah astronomi Islam ke dalam empat periode. Periode pertama (700-825 M) adalah masa asimilasi dan penyatuan awal dari astronomi Yunani, India dan Sassanid. Periode kedua (825-1025 M) adalah masa investigasi besar-besaran dan penerimaan serta modifikasi sistem Ptolomeus. Periode ketiga (1025-1450 M), masa kemajuan sistem astronomi Islam. Periode keempat (1450-1900 M), masa stagnasi, hanya sedikit kontribusi yang dihasilkan.
Geliat perkembangan astronomi di dunia Islam diawali dengan penerjemahan secara besar-besaran karya-karya astronomi dari Yunani serta India ke dalam bahasa Arab. Salah satu yang diterjemahkan adalah karya Ptolomeus yang termasyhur, Almagest. Berpusat di Baghdad, budaya keilmuan di dunia Islam pun tumbuh pesat.
Sejumlah, ahli astronomi Islam pun bermunculan, Nasiruddin at-Tusi berhasil memodifikasi model semesta episiklus Ptolomeus dengan prinsip-prinsip mekanika untuk menjaga keseragaman rotasi benda-benda langit. Selain itu, ahli matematika dan astronomi Al-Khawarizmi, banyak membuat tabel-tabel untuk digunakan menentukan saat terjadinya bulan baru, terbit-terbenam matahari, bulan, planet, dan untuk prediksi gerhana.
Ahli astronomi lainnya, seperti Al-Batanni banyak mengoreksi perhitungan Ptolomeus mengenai orbit bulan dan planet-planet tertentu. Dia membuktikan kemungkinan gerhana matahari tahunan dan menghitung secara lebih akurat sudut lintasan matahari terhadap bumi, perhitungan yang sangat akurat mengenai lamanya setahun matahari 365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik.
Astronom Islam juga merevisi orbit bulan dan planet-planet. Al-Battani mengusulkan teori baru untuk menentukan kondisi dapat terlihatnya bulan baru. Tak hanya itu, ia juga berhasil mengubah sistem perhitungan sebelumnya yang membagi satu hari ke dalam 60 bagian (jam) menjadi 12 bagian (12 jam), dan setelah ditambah 12 jam waktu malam sehingga berjumlah 24 jam.
Buku fenomenal karya Al-Battani pun diterjemahkan Barat. Buku ‘De Scienta Stelarum De Numeris Stellarum’ itu kini masih disimpan di Vatikan. Tokoh-tokoh astronomi Eropa seperti Copernicus, Regiomantanus, Kepler dan Peubach tak mungkin mencapai sukses tanpa jasa Al-Batani. Copernicus dalam bukunya ‘De Revoltionibus Orbium Clestium’ mengaku berutang budi pada Al-Battani.
Dunia astronomi juga tak bisa lepas dari bidang optik. Melalui bukunya Mizan Al-Hikmah, Al Haitham mengupas kerapatan atmofser. Ia mengembangkan teori mengenai hubungan antara kerapatan atmofser dan ketinggiannya. Hasil penelitiannya menyimpulkan ketinggian atmosfir akan homogen di ketinggian lima puluh mil.
Teori yang dikemukakan Ibn Al-Syatir tentang bumi mengelilingi matahari telah menginspirasi Copernicus. Akibatnya, Copernicus dimusuhi gereja dan dianggap pengikut setan. Demikian juga Galileo, yang merupakan pengikut Copernicus, secara resmi dikucilkan oleh Gereja Katolik dan dipaksa untuk bertobat, namun dia menolak.
Menurut para ahli sejarah, kedekatan dunia Islam dengan dunia lama yang dipelajarinya menjadi faktor berkembangnya astronomi Islam. Selain itu, begitu banyak teks karya-karya ahli astronomi yang menggunakan bahasa Yunani Kuno, dan Persia yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab selama abad kesembilan. Proses ini dipertinggi dengan toleransi terhadap sarjana dari agama lain. Sayang, dominasi itu tak bisa dipertahankan umat Islam.
4. Tokoh Astronomi Islam
Ilmuwan Islam begitu banyak memberi kontribusi bagi pengembangan dunia astronomi. Buah pikir dan hasil kerja keras para sarjana Islam di era tamadun itu diadopsi serta dikagumi para saintis Barat. Inilah beberapa ahli astronomi Islam dan kontribusi yang telah disumbangkannya bagi pengembangan `ratu sains’ itu. Tokoh-tokoh tersebut antara lain :
a) Al-Battani (858-929 M)
Mempunyai nama lengakap Abu Abdallah Muhammad Ibnu Jabir Ibnu Sinan al-Battani al-Harrani, ia salah satu ahli astronomi terkemuka, lahir di Battan wilayah Harran (Turki) pada tahun 858 M, merupakan anak seorang ilmuwan Ash-Shabi’in (penyembah bintang). Kemudian pindah ke Raqqa, tepi sungai Efrat, untuk belajar, dan kemudian bekerja di Samara sampai wafat tahun 929 M. Kontribusi dalam bdang sains yaitu; Penentuan akurat tahun matahari 365 hari, 5 jam, 46 menit, 24 detik, kemiringan ekliptika dan lamanya musim, variasi diameter piringan matahari dan gerhana matahari cincin (berbeda dari konsep Ptelomeus), orbit bulan dan kemungkinan penampakan hilal, solusi beberapa masalah trigonometri bola dengan proyeksi ortografi, konsep sinus dan cotangent dan tabelnya. Sejumlah karya tentang astronomi terlahir dari buah pikirnya. Salah satu karyanya yang paling populer adalah al-Zij al-Sabi. Kitab itu sangat bernilai dan dijadikan rujukan para ahli astronomi Barat selama beberapa abad, selepas Al-Battani meninggal dunia. Ia berhasil menentukan perkiraan awal bulan baru, perkiraan panjang matahari, dan mengoreksi hasil kerja Ptolemeus mengenai orbit bulan dan planet-planet tertentu. Al-Battani juga mengembangkan metode untuk menghitung gerakan dan orbit planet-planet. Ia memiliki peran yang utama dalam merenovasi astronomi modern yang berkembang kemudian di Eropa.
b) Al-Sufi (903-986 M)
Orang Barat menyebutnya Azophi. Nama lengkapnya adalah Abdur Rahman as-Sufi. Al-Sufi merupakan sarjana Islam yang mengembangkan astronomi terapan. Ia berkontribusi besar dalam menetapkan arah laluan bagi matahari, bulan, dan planet dan juga pergerakan matahari. Dalam Kitab Al-Kawakib as-Sabitah Al-Musawwar, Azhopi menetapkan ciri-ciri bintang, memperbincangkan kedudukan bintang, jarak, dan warnanya. Ia juga ada menulis mengenai astrolabe (perkakas kuno yang biasa digunakan untuk mengukur kedudukan benda langit pada bola langit) dan seribu satu cara penggunaannya.
c) Al-Biruni
Abu Raihan Mohammad Ibn Ahmad al-Biruni lahir tahun 973 M di Khiva, Kazkhstan. Ia dibawa Sultan Mahmood Ghaznawi ke India beberapa kali den bertukar ilmu dengan pendeta Hindu. Wafat tahun 1048 M. adapun bukunya al-Qanun al-Masudi, fi al-Hai'a wa al-Nujum membahas beberapa teori astronomi, trigonometri, serta gerakan matahari, bulan dan planet, geografi, termasuk lintang dan bujur berbagai tempat. Membahas rotasi bumi dan fenomena astronomi. Sedangkan buku al-Tafhim-li-Awail Sina'at al-Tanjim adalah ringkasan matematika dan astronomi. Ahli astronomi yang satu ini, turut memberi sumbangan dalam bidang astrologi pada zaman Renaissance. Ia telah menyatakan bahwa bumi berputar pada porosnya. Pada zaman itu, Al-Biruni juga telah memperkirakan ukuran bumi dan membetulkan arah kota Makkah secara saintifik dari berbagai arah di dunia. Dari 150 hasil buah pikirnya, 35 diantaranya didedikasikan untuk bidang astronomi.
d) Ibnu Yunus
Sebagai bentuk pengakuan dunia astronomi terhadap kiprahnya, namanya diabadikan pada sebuah kawah di permukaan bulan. Salah satu kawah di permukaan bulan ada yang dinamakan Ibnu Yunus. Ia menghabiskan masa hidupnya selama 30 tahun dari 977-1003 M untuk memperhatikan benda-benda di angkasa. Dengan menggunakan astrolabe yang besar, hingga berdiameter 1,4 meter, Ibnu Yunus telah membuat lebih dari 10 ribu catatan mengenai kedudukan matahari sepanjang tahun.
e) Al-Farghani
Nama lengkapnya ialah Abu’l-Abbas Ahmad ibnu Muhammad ibnu Kathir al-Farghani, lahir di Farghana, Transoxiana hidup pada masa khalifah al-Ma’mun (860 M). Ia merupakan salah seorang sarjana Islam dalam bidang astronomi yang amat dikagumi. Beliau adalah merupakan salah seorang ahli astronomi pada masa Khalifah Al-Ma’mun. Ia menulis mengenai astrolabe dan menerangkan mengenai teori matematik di balik penggunaan peralatan astronomi itu. Kontribusi lainnya tentang gerakan benda langit dan dasar-dasar ilmu bintang berpengaruh pada perkembangan astronomi abd 12-17 di Eropa, menentukan diameter bumi dan planet. Kitabnya yang paling populer adalah Fi al-Harakat al-Samawiya wa Jawami Ilm al-Nujum , tentang kosmologi.
f) Al-Zarqali (1029-1087 M)
Saintis Barat mengenalnya dengan panggilan Arzachel. Wajah Al-Zarqali diabadikan pada setem di Spanyol, sebagai bentuk penghargaan atas sumbangannya terhadap penciptaan astrolabe yang lebih baik. Beliau telah menciptakan jadwal Toledan dan juga merupakan seorang ahli yang menciptakan astrolabe yang lebih kompleks bernama Safiha.
g) Jabir Ibn Aflah (1145 M)
Sejatinya Jabir Ibnu Aflah atau Geber adalah seorang ahli matematik Islam berbangsa Spanyol, namun Jabir pun ikut memberi warna da kontribusi dalam pengembangan ilmu astronomi. Geber, begitu orang barat menyebutnya, adalah ilmuwan pertama yang menciptakan sfera cakrawala mudah dipindahkan untuk mengukur dan menerangkan mengenai pergerakan objek langit. Salah satu karyanya yang populer adalah Kitab al-Hay’ah
h) Jabir Ibn Haiyan
Abu Musa Jabir Ibn Hayyan al-Harrani al-Sufi dikenal sebagai seorang ahli kimia Islam bahkan dianggap sebagai bapak kimia. Ia seorang anak ahli obat-obatan (Attar), Ia belajar obat dan kimia di Kufah tahun 776 M pada Imam Ja'far Sadiq dan Khalid Ibn Yazid (Bani Umayyah) yang mendapat dukungan Barmaki (zaman Harun al-Rasyid). Beliau meninggal di penjara tahun 803 M. Adapun kontribusi yang telah diberikan yaitu memperkenalkan eksperimen kimia, yang menjadi dasar kimia modern (mekanisme reaksi kimia, teknik kristalisasi, distilasi), menemukan beberapa mineral dan asam. Kirab-al-Kimya dan Kitab-al-Sab'in diterjemahkan ke bahasa latin dan populer di Eropa. Kontribusi lain di bidang kedokteran dan astronomi.
i) Mohammad Bin Musa Al-Khawarizmi
Lahir di Khawarizm (Khiva), Uzbekistan, kemudian pindah ke selatan Baghdad. Hidup semasa khalifah Al- Mamun (813-833 M), meninggal tahun 840 M . Asal-usul istilah "Aljabar", berasal dari nama bukunya "Al-Jabr wa-al-Muqabilah", sedangkan "Algoritma" berasal dari namanya. "Zero" berasal dari "shifr" (kosong). Kontribusinya antara lain; membangun beberapa konsep dan cabang matematika (a.l. solusi persamaan linier dan kuadrat). Memperkenalkan sistem angka Hindu-Arab (0,1,2,3...) dan "0" (nol), pembuka perkembangan matematika modern, tabel triginometri, tabel astronomi, jam sundial (jam matahari), peta bumi dan diameter bumi. Buku-bukunya terkenal di Eropa dan Cina sampai abad ke-16.
j) Ya’qub Ibn Ishaq Al-Kindi
Lahir di Kufah (800 M), seorang anak dari salah satu pejabat Harun Al-Rasyid. Wafat tahun 873 M. Adapun kontribusi yang diberikan antara lain; trigonometri bola untuk astronomi, pendapat bahwa reaksi kimia tidak mengubah unsur-unsurnya, geometri optik, metode sistematik dosis obat. Buku-bukunya: astronomi (16), Aritmatika (11), Geometri (32), kedokteran (22), fisika (12), filosofi (22), logika (9), Psikologi (5), dan musik (7) yang menjadi rujukan berabad-abad.
k) Tsabit Ibn Qurra Ibn Marwan al-Sabi al-Harrani
Lahir di Harran (Turki 835M) dari keluarga Ash-Shabi’in(penyembahn bintang), terpilih masuk kelompok ilmiah di baghdad di bawah khalifah AbbassiahMeninggal di Baghdad pada tahun 901 M. adapun kontribusi yang telah diberikan antara lain; mengembangkan konsep aljabar ke aljabar-geometri, konsep bilangan asli, triginometri bola, konsep perhitungan luas (kalkulus-integral), konsep irisan kerucut (lingkaran, elips, parabola, hiperbola), analisis problem gerakan bulan dan matahari yang berbeda dari konsep Ptelomeous, kondisi kesetimbangan benda. Buku-bukunya dan karya terjemahan dari bahasa Latin ke Arab menjadi rujukan berpengaruh.
l) Ali Ibn Rabban al-Tabari
Abu al-Hasan Ali Bin Sahl Rabban al-Tabari lahir tahun 838 M dari keluarga Yahudi dan meninggal tahun 870 M. Adapun kontribusiyang telah diberikan antara lain; Menyusun ensiklopedia ilmu pengetahuan pertama pada zamannya "Firdaus al-Hikmat" terdiri 7 bagian: (1) Kulliyat-u-Tibb menguraikan dasar-dasar kedokteran, (2) uraian organ tubuh manusia, aturan menjaga kesehatan, penyakit otot, (3) uraian makanan dalam kondisi sehat dan sakit, (4) uraian semua penyakit dari kepala sampai kaki (1/2 bagian buku), (5) uraian tentang bau, rasa, dan warna, (6) uraian obat dan racun, (7) aneka topik, termasuk kedokteran India, iklim, dan astronomi.
m) Abu Ali Hasan Ibn al-Haitsam
Merupakan bapak optik modern, nama baratnya Alhazem. Ia lahir di Basrah tahun 965 M dan belajar di Baghdad, kemudian ditugaskan ke Mesir untuk menemukan cara mengontrol sungai Nil ( akan tetapi gagal), pindah ke Spanyol dan wafat pada tahun 1040 M. Adapun kontribusi antara lain; adanya konsep lintasan cahaya di berbagai media dan hukum pembiasan cahaya, kajian spektrum cahaya. Kitabnya Al-Manadhir membahas warna matahari terbenam, fenomena fisis tentang bayangan, pelangi, gerhana, dan cahaya. Kajian tentang mata dan proses melihat. sedangkan Mizan al-Hikmah membahas kerapatan atmosfer, refraksi atmosfer, dan tinggi matahari saat senja. Teori gaya tarik benda. Hukum mekanika. Karyanya lebih dari 200 buku.
n) Ibn Rusyd (Averroes)
Yakni Abu'l Waleed Muhammad Ibn Ahmad Ibn Muhammad Ibn Rushd, lahir 1128 M di Kordoba, Spanyol. Banyak belajar dari koleksi perpustakaan Kordoba yang mengoleksi 500.000 buku. Wafat di Maroko 1198 M. Adapun kontribusinya dalam dunia iptek antara lain; Kitab al-Kulyat fi al-Tibb yang berisi berbagai aspek kedokteran, termasuk diagnosa, penyembuhan, dan pencegahan penyakit. Tuhafut al-Tuhafut menanggapi karya Al-Ghazali, dipengaruhi pola pikir eropa. Tafsir mengomentari karya Aristototles berdasarkan analisisnya dan tafsir Al-Quran. Karyanya lebih dari 20.000 halaman, mencakup filosofi, astronomi, kedokteran, fikih. Pemikirannya mempengaruhi Eropa pada abad ke- 12 – 16.
o) Abdus Salam (Ilmuan islam moderen)
Penerima Nobel Fisika 1979 M ini lahir pada tahun 1926 M di Jhang, Pakistan. pendidikannya ditempuh di Universitas Punjab dan Cambridge (fisika teori). Ia merupakan dosen Matematika di Punjab, dan seorang profesor fisika teori di London, direktur ICTP, Trieste. Muslim yang taat, dianggap pengikut Ahmadiyah Qadian. Wafat 1996 M. Kontribusinya antara lain; Teori penyatuan gaya nuklir lemah dan gaya elektromagnetik, dari empat gaya fundamental di alam (gaya nuklir kuat, gaya elektromagnetik, gaya nuklir lemah, dan gaya gravitasi). Bersama Sheldon Glashow dan Steven Weinberg menerima Nobel Fisika 1979.
DAFTAR PUSTAKA
Azhari, Susiknan, Ilmu Falak: Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern. Yogyakarta : Suara Muhammadiyah, 2007.
Izzudin, Ahmad, Ilmu Falak Praktis: Metode Hisab-Rukyat Praktis dan Solusi Permasalahannya, Semarang, Komala Grafika, 2006.
Izzudin, Ahmad, Ilmu Falak Praktis: Metode Hisab-Rukyat Praktis dan Solusi Permasalahannya, Semarang, Komala Grafika, 2006.
Hidayat, Bambang, Abu Raihan Al-Biruni, Jakarta : Suara Bebas, 2007.
Khazin, Mukhyidin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta, Buana Pustaka, 2004.
L. Esposito, Jhon, Sains-Sains Islam, Depok : Inisiasi press, 2004.
Makalah Dr. T Djamaluddin dengan judul Ilmuwan Muslim Inspirator Modernisasi Dunia Disampaikan dalam “Diklat Hisab Rukyat ” di Tugu , Bogor , 2-5 Oktober 2007.
www.astronomes.com/m0_histoire/m014_astronomiislam.html
www. bicaramuslim.com
www.syariahonline.com
Selasa, 13 Januari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar